Senin, 09 Januari 2017

Sejak kapan mendidik anak ?

@lailacahyadi

Dalam berbagai kesempatan, saya bertanya tentang satu hal penting kepada para peserta:

"Sejak kapan mendidik anak?"

Jawaban beragam.

Kebanyakan menjawab setelah anak terlahir.
Yang telat menjawab: setelah masa sekolah.
Nah ada juga yang menjawab saat mulai kehamilan.

Lebih tepat yang menjawab: sejak memilih jodoh.

Mengapa demikian?
Karena sejarah proses pernikahan adalah bagian dari mendidik calon keturunan. Dan Rasulullah bahkan mencontohkan, mendoakan anak keturunan diawalkan bahkan beberapa generasi.

Berikut adalah ulasan dari buku "Tahapan Mendidik Anak
Teladan Rasulullah SAW"
ditulis olehJamaal 'Abdur Rahman

Dalam bab 1 di uraikan tentang do'a untuk Anak agar Beroleh Hidayah Sejak di Sulbi Ayahnya

Ketika orang-orang musyrik dari kalangan penduduk kota Thaif menolak seruan Nabi Muhammad SAW yang mengajak mereka untuk masuk agama Islam, lalu mereka mencaci dan melemparinya dengan batu, maka malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ia bersedia untuk menimpakan dua bukit Makkah kepada mereka.

Pada saat itu juga Nabi Muhammad SAW yang berhati lembut lagi penyayang menjawab:

أَرْجُوأَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُاللَّهَ وَحْدَهُ وَلاَيُشْرِكُبِهِ شَيْئًا

"Aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari sulbi mereka orang-orang yang mau menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (Hadits riwayat Bukhari no. 2992, Kitab Bad-ul Khalqi, dan Muslim no. 3352 Kitabul Jihad was Siyar, dan lain-lainnya.)

Nabi Muhammad SAW memberikan bimbingan pula kepada kaum muslim agar melakukan hal-hal yang menghasilkan kemaslahatan bagi anak-anak mereka pada masa mendatang.

Untuk itu, beliau bersabda:

لَوْأَنَّ أَحَدَكُمْ أِذَاأَتَي أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَ ُولَدُ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فَلَا يُصِيبُهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا

"Manakala seseorang di antara kalian sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan: 'Bismillaahi, Alloohumma janibnaasy syaithoona wa jannibi syaithoona maa rozaqtanaa'

 (Dengan menyebut nama Allah,  ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan setan dan hindarkan pula anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan setan), kemudian dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya setan tidak akan dapat mengganggunya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam Hadits ini terkandung anjuran yang mengarahkan kepada kita bahwa sebaiknya permulaan yang kita lakukan dalam hal ini bersifat rabbani, bukan syaithani. Apabila disebutkan nama Allah pada permulaan senggama,  berarti hubungan sebadan yang dilakukan oleh suami istri yang bersangkutan berlandaskan ketaqwaan kepada Allah dan dengan izin Allah SWT anaknya nanti tidak akan diganggu oleh setan.

Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk memilih orang-orang yang shalih,  baik laki-laki maupun perempuan, saat melakukan pernikahan, agar mereka berkemampuan untuk membesarkan dan mendidik generasi yang shalih.

Demikianlah karena sesungguhnya bibit yang tidak shalih jelas tidak akan dapat memberikan keturunan yang shalih. Dalam sebuah pepatah disebutkan bahwa orang yang tidak memiliki sesuatu, pasti tidak dapat memberikannya.

Sehubungan dengan hal ini, Allah telah berfirman:

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan." (QS. An-Nuur (24):32)

Makna yang semisal telah disebutkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabdanya mengatakan:

تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ وانْكَحُوا الْأَكْفَاءَ وَأَنْكِحُوا أِلَيْهِمْ

"Pilih-pilihlah buat menitipkan nuthfah (benih) kalian; nikahilah orang-orang yang sekufu' (sepadan); dan nikahkanlah di antara sesama mereka."
(Hadits diketengahkan oleh Hakim dalam Kitab Mustadraknya juz 2, Kitabun Nikah no. 2687,

Baihaqi dalam Kitab Sunnanul Kubra juz 10 Kitabun Nikah no. 14060.

Ibnu Majah juz 1 Kitabun Nikah no. 1968,

Daruquthni juz 3 Kitabun Nikah no. 198,

Dhiyaud Din Al-Maqdisi dalam Al-Ahaditsul Mukhtaarah juz 7, no. 2635, menurutnya sanad Hadits ini hasan.

 Ibnu Abu Syaibah dalam Kitab Mushannafnya juz  4. no. 17432, dinilai hasan oleh Al-Albani.).


Demikian nukilan riwayat tentang sejak kapan mulai mendidik anak.

Anda yang belum berkeluarga, pilihlah pasangan yang dengannya anda yakin akan dapat mendidik anak dengan baik.
Anda yangvtengah berproses menikah maka berproseslah dengan cara yang baik. Dan anda yang telah berkeluarga, jangan lengah mendoakan anak-anak.

Semoga dari rahim para bunda terlahir keturunan sholih-sholihah pengemban peradaban.

Amiin.

❤❤❤❤❤

Artikel Parenting untuk  Member Wonderful Agency.

📚📚📚📚📚

Tidak ada komentar:

Posting Komentar